WE Online, Jakarta – Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Tofan Mahdi, mengatakan bahwa industri kelapa sawit masih berada dalam kondisi normal. Ketahanan industri sawit teruji karena belum adanya PHK yang terjadi di industri sawit, serta lini produksi yang tetap efisien.
“Sangat bagus, justru ketika industri lain lagi lesu, kita masih bisa bertahan. Enggak ada PHK di industri sawit selama Covid-19,” ujarnya ketika ditemui usai acara Digitalk Sawit di kantor BPDPKS, Kamis (4/6/2020).
Industri sawit tidak lepas dari pengaruh Covid-19 yang sedang menjadi perhatian dunia. Tofan mengatakan, nilai ekspor sempat turun hingga 20 persen. “Penjualan pasar ekspor memang agak turun, tapi turunnya enggak signifikan, hanya sekitar 20 persen, bahkan bulan April sudah naik lagi. Pasar ekspor tetap jalan,” katanya.
Dikutip dari data Gapki, produksi minyak sawit pada bulan Maret adalah sedikit lebih rendah (-0,9%) dari produksi bulan Februari 2020, sedangkan konsumsi dalam negeri turun 3,2%, ekspor naik 3,3%, dan harga CPO turun dari rata-rata US$722 pada bulan Februari menjadi US$636 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Maret, tetapi nilai ekspornya naik 0,6% menjadi US$1,82 miliar.
Dibandingkan Januari-Maret 2019, produksi 2020 lebih rendah 14%, konsumsi dalam negeri lebih tinggi 7,2%, dan ekspor lebih rendah 16,5%. Namun, nilai ekspor 9,45% lebih tinggi yaitu US$5,32 miliar.
Konsumsi minyak untuk pangan dalam negeri turun sekitar 8,3%. Sebaliknya, konsumsi untuk produk oleokimia naik sebesar 14,5% dan konsumsi biodiesel relatif tetap. Ketidakpastian waktu teratasinya pandemi covid-19 menjelang puasa menyebabkan konsumsi minyak sawit untuk produk pangan menurun. Sebaliknya, produk oleokimia naik karena kebutuhan bahan pembersih sanitizer meningkat.
Dari 68 ribu ton kenaikan konsumsi oleokimia, 55% terjadi pada gliserin yang merupakan bahan pembuatan hand sanitizer. Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel relatif tetap. Padahal, harga minyak bumi rendah dan konsumsi solar turun sekitar 18%.
Ekspor minyak sawit mengalami kenaikan sebesar 83 ribu ton degan kontribusi utama dari CPO (113 ribu ton) dan oleokimia (63 ribu ton). Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Bangladesh, Afrika, dan China. Ekspor ke EU, India, dan Timur Tengah sedikit naik, sedangkan ekspor ke Pakistan dan USA turun. Kenaikan ekspor ke China karena diiformasikan China telah mulai pulih dari panedemi Covid-19.
Di sisi produksi efisiensi masih terjaga sehingga tidak ada pengurangan budget. “Enggak ada pengurangan budget. Kita memang fokus meningkatkan efisiensi di semua sisi, tapi ga ada pengurangan produksi,” pungkasnya.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum