Pemerintah Pacu Daya Saing Produk Pertanian

Pemerintah Pacu Daya Saing Produk Pertanian

JAKARTA, investor.id – Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global. Salah satu caranya adalah meningkatkan skala usaha pertanian melalui integrasi areal produksi dan hulu-hilir dengan memasukkan unsur teknologi, modal, dan akses distribusi produk.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, strategi konkret yang ditempuh pemerintah demi meningkatkan daya saing produk pertanian dalam perdagangan global berupa pemetaan lahan dan potensi produk tiap wilayah (One Village One Product), pengembangan kemitraan hulu-hilir, akses pembiayaan melalui kredit usaha rakyat (KUR), penerapan teknologi, serta kemudahan pembentukan koperasi maupun perseroan terbatas (PT).

“Dalam pengembangan pertanian berkelanjutan, untuk meningkatkan daya saing produk pertanian, perkebunan, dan peternakan maka perlu peningkatan skala usaha sehingga bisa mendekatkan petani ke pasar,” ujar Airlangga saat seminar daring Komitmen dan Inovasi Membangun Pangan dan Gizi Bangsa secara Berkelanjutan, Sabtu (7/11).

Pemerintah misalnya, telah menerapkan model kemitraan pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor di beberapa lokasi antara lain di Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Garut, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Blitar, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Banyuwangi.

Pemerintah juga tengah menyiapkan program peningkatan penyediaan pangan (food estate) di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Selain itu, pemberian izin akses lahan hutan melalui program perhutanan sosial (PS), tujuannya agar kehidupan petani diharapkan menjadi lebih baik karena pendapatan mereka bertambah dari hasil pemanfataan hutan sehingga kesejahteraan masyarakat pun meningkat.

Khusus peningkatan daya saing produk perkebunan, beberapa program yang menjadi perhatian pemerintah adalah pembangunan logistik benih, peningkatan produksi dan optimasi lahan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan ekonomi pekebun, inisiasi sistem tracebility dan sustainability, peningkatan akses pembiayaan perkebunan, digitalisasi dan e-commerce, serta transformasi ekspor.

“Beberapa produk perkebunan yang daya saingnya tinggi adalah kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan kelapa. Kita juga punya program yang akan terus didorong yaitu pengembangan sawit sebagai energi,” tutur dia.

Sedangkan khusus untuk program peningkatan daya saing produk peternakan, Airlangga menjelaskan, pengembangan peternakan terintegrasi antara ternak dengan tanaman perkebunan dalam rangka efisiensi biaya produksi.

“Terdapat beberapa best practice yang sudah dilakukan oleh korporat besar. Tentunya ini harus kita dorong untuk bisa direplikasi dalam skala yang lebih kecil, baik untuk koperasi maupun peternakan masyarakat,” jelas Menko Airlangga.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian naik signifikan pada masa pandemi Covid-19. Pada September 2020, kontribusi sektor pertanian 3% dari total ekspor Indonesia, dengan nilai US$ 0,40 miliar (US$ 414 juta). Ekspor pertanian September 2020 naik 16,21% (yoy) dan 20,84% (mom).

Total nilai ekspor pertanian Januari-September 2020 mencapai US$ 2,82 miliar atau naik 9,70% dari periode sama 2019 sebesar US$ 2,57 miliar. Kemenko Perekonomian mencatat, total akumulasi penyaluran KUR di sektor pertanian per September 2020 mencapai Rp 38,15 triliun, didominasi subsector pertanian padi Rp 7,90 triliun, subsektor perkebunan sawit Rp 7 triliun, dan subsektor pertanian hor tikultura dan lainnya Rp 4,70 triliun.

Komoditas Buah

Salah satu model kemitraan berorientasi ekspor diterapkan pada komoditas pisang Cavendish di Jembrana, Bali. Besarnya pangsa ekspor pisang menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi, baik kuantitas, kontinuitas, maupun kualitas.

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, kerja sama kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani adalah solusi yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kontinuitas produk pisang cavendish sehingga dapat memenuhi kebutuhan baik bagi pasar lokal maupun pasar global, ini juga sebagai upaya pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Kontribusi ekspor buah-buahan Indonesia pada 2019 mencapai 110 ribu ton senilai US$ 95,98 juta, dengan produk pisang berkontribusi 11,62% yaitu 22 ribu ton senilai US$ 11,15 juta.

Selama Januari-Agustus 2020, realisasi ekspor buah-buahan mencapai US$ 102,93 juta atau meningkat 21,84% dari periode sama 2019. Hal ini menunjukkan buah-buahan RI diminati pasar global sehingga perlu ditingkatkan daya saingnya.

PT Nusantara Segar Abadi, anak perusahaan PT Great Giant Pineapple, merupakan salah satu eksportir pisang Cavendish terbesar di Indonesia, telah melakukan kerja sama kemitraan dengan petani dan Pemprov Bali.

Deputi II Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, per Oktober 2020, luas tanam pisang cavendish di Jembrana sudah mencapai 23,31 ha dan ditargetkan pada akhir 2020 menjadi 32 ha dan harapannya dapat meningkatkan nilai ekonomi hingga Rp 2.211.840.000 per tahun, sehingga dapat mendorong tambahan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

 

Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily