Tinggal Harapan, Harga CPO Makin Loyo!

Tinggal Harapan, Harga CPO Makin Loyo!

Bertambahnya kasus infeksi Covid-19 yang kini sudah berubah menjadi pandemi menyebabkan banyak sektor ikut mengalami kelumpuhan. Data kompilasi John Hopkins University CSSE mencatat infeksi Covid-19 telah menjangkiti 157 negara dan teritori termasuk Indonesia dengan mencapai 170.000 kasus serta jumlah korban yang meninggal lebih dari 6.500 orang.

Tak pelak, permintaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang menjadi salah satu produk perdagangan dan konsumsi dunia ikut menjadi korban atas infeksi virus ini. Harga minyak sawit global yang digadang-gadang akan mengalami penguatan hingga semester I-2020 kini hanya tinggal harapan semata.

Data CIF Rotterdam mencatat terjadi penurunan harga CPO hingga 10% atau dari US$ 672,5/MT menjadi US$ 605/MT setelah melewati minggu kedua Maret 2020. Tidak hanya itu, harga rata-rata CPO saat ini yakni US$ 634,25/MT berada di bawah harga ideal yang US$ 700/MT. Harga rata-rata ini juga melemah dibandingkan harga rata-rata minggu lalu yang sebesar US$ 647,9/MT.

Kondisi ini tentunya menjadi sinyal merah bagi industri kelapa sawit khususnya Indonesia sebagai produsen dan eksportir CPO utama dunia. Ditambah lagi, Covid-19 sudah menginfeksi Indonesia dan membuat kondisi domestik kocar-kacir.

Kepala riset komoditas di Sunvin Group, Anilkumar Bagani mengatakan, “Harga minyak sawit anjlok karena terjadi disrupsi permintaan di Uni Eropa dan Timur Tengah kala jumlah kasus infeksi Covid-19 di negara-negara tersebut bertambah dan menjadi risiko yang berdampak terhadap permintaan.”

Tak hanya serangan Covid-19, ketegangan hubungan Rusia-Arab Saudi terkait produksi minyak yang berdampak pada harga minyak mentah dunia ternyata ikut mempngaruhi harga komoditas lainnya termasuk minyak sawit.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, “Penurunan harga komoditas akibat melorotnya harga minyak mentah dunia terjadi pada minyak kernel, minyak sawit mentah, batu bara, seng, nikel, aluminium, dan perak.”

Meskipun Indonesia telah mengembangkan B30 dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi domestik CPO, Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics, mengatakan bahwa program tersebut tidak akan mencapai skala keekonomian apabila harga minyak mentah dunia terlalu rendah.

Penulis: Redaksi WE Online, Editor: Puri Mei Setyaningrum