Waspada! Harga Minyak Sawit Bisa Ambles di Semester II

Waspada! Harga Minyak Sawit Bisa Ambles di Semester II

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tajam pada perdagangan pekan pertama 2021. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga sudah stabil di atas MYR 3.800/ton.

Sepanjang pekan ini, harga CPO di bursa Malaysia naik 6,39% secara point-to-point. Bahkan harga sempat menembus level tertinggi sejak 2011, meski kemudian sedikit terkoreksi.

Kenaikan harga CPO ditunjang oleh persepsi bahwa pasokan akan berkurang. Maklum, Malaysia dan Indonesia (dua produsen terbesar CPO dunia) sedang memasuki musim hujan yang bisa menghambat produksi.

Survei Reuters menunjukkan, stok CPO Malaysia pada Desember 2020 diperkirakan anjlok 22% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,22 juta ton. Ini adalah yang terendah sejak Juni 2007.

Sementara produksi diperkirakan ambles 11% ke 1,33 juta ton, terendah sejak Februari 2020. Kemudian ekspor diperkirakan naik 15% menjadi 1,5 juta ton, tetapi dengan produksi dan stok yang semakin terbatas angka ini bisa turun.

Dorab Mistry, Direktur Godrej International (perusahaan produsen barang konsumsi di India) memperkirakan harga CPO masih bisa naik pada semester I-2021. Namun ada kemungkinan harga bakal bergerak turun pada paruh kedua.

“Volatilitas akan tinggi pada 2021. Mungkin yang terburuk sudah berlalu, tetapi pasar kini juga melirik kedelai dan bunga matahari,” kata Mistry, sebagaimana diwartakan Reuters.

Harga CPO, kedelai, dan biji bunga matahari saling terkait. Sebab, tiga komoditas ini bisa saling menggantikan.

“Harga CPO kemungkinan tertekan pada semester II-2021. Tekanan ini akan datang dari produksi kedelai dan biji bunga matahari yang meningkat,”kata Thomas Mielke, CEO Oil World, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, Mielke memperkirakan meski harga CPO bisa terkoreksi tetapi tidak terlalu dalam. Sebab permintaan masih tetap tinggi karena program B30 yang dicanangkan pemerintah Indonesia.

Mielke memperkirakan produksi CPO Indoneisa pada tahun ini bisa naik 4,4 juta ton. Sementara produksi di Malaysia diperkirakan naik 0,3 juta ton.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)