APKASINDO Usulkan Relative Sustainable Bagi Petani di Kawasan Hutan

Auto Draft

JAKARTA, SAWIT INDONESIA – DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menawarkan empat model sustainable palm oil yang dapat diterapkan kepada petani sawit. Ir. Gulat ME Manurung, MP, CAPO, Ketua Umum DPP APKASINDO mengingatkan petani harus dibantu untuk menuju konsep sustainable. Tidak ada pilihan lain, petani harus digendong bersama-sama.

“Semua negara di dunia ini, keberpihakan pemerintah terhadap petani adalah mutlak. Petani diproteksi, dijagain, bukan dikerjain”, ujar Gulat yang juga Ketua Bravo 5 Riau.

Jika langkah ini tidak dilakukan, akan berdampak signifikan kepada program strategis pemerintah seperti INPRES Nomor 6/2019 mengenai RAN-KSB, diplomasi dan kampanye positif sawit, mandatori Biodisesel, dan target PSR 2,4 juta Ha (2017-2032), serta program strategis nasional Energi Baru Terbarukan (EBT).

Terkait ISPO, APKASINDO menawarkan Model Sustainable Palm Oil, yaitu Absolute Sustainable dan Relative Sustainable. Untuk korporasi yaitu Absolute Sustainable.

Bagi pekebun, dijelaskan Gulat, dapat menggunakan Relative Sustainable yang dibagi dalam 4 tipologi. Tipologi pertama yaitu Platinum Sustainable, ini bagi Pekebun yang memang sangat lengkap dokumennya seperti pekebun peserta PSR.

Tipologi Kedua adalah Gold Sustainable ditujukan kepada pekebun yang sudah layak ISPO, hanya ada satu atau dua dokumen yang kurang.

Tipologi Ketiga adalah Silver Sustainable ditujukan kepada pekebun yang memiliki kekuranglengkapan 2-3 dokumen namun secara prinsip sudah layak ISPO, seperti misalnya belum ada STDB, histori agronomis tidak tercatat dengan baik, kan semua kekurangan dokumen ini bisa menyusul.

Tipologi terakhir adalah Iron Sustainable. Khusus tipologi pekebun ini memang tidak mungkin tertolong, serba salah, tidak satupun ada kelengkapan dokumenya, yang seperti ini terpaksa di stop aktivitas budidayanya atau cukup satu daur.

“Filosofinya adalah tipologi ketiga perlahan-lahan di upgrade kepada kelompok dua. Lalu tipologi kedua secara pasti perlahan ditingkatkan kepada tipologi pertama. Kalau pola ini diterapkan, saya pastikan lima tahun ke depan paling tidak 75% pekebun sudah memegang sertifikat ISPO. Apakah itu tipologi pertama, kedua atau ketiga, yang penting niat pemerintah sungguh-sungguh menolong pekebun untuk sustainable smallholder,” harapnya.