Masih Dihantui Corona, Harga CPO Cuma Naik 1,5%

Masih Dihantui Corona, Harga CPO Cuma Naik 1,5%
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) kontrak futures (berjangka) pada perdagangan awal pekan ini, menguat tipis seiring dengan munculnya beberapa sentimen positif seperti penguatan harga minyak

Pada perdagangan Selasa (7/4/2020), harga CPO kontrak pengiriman Juni 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) pukul 11.18 WIB berada di level RM 2.285/ton. Harga CPO bertambah 35 ringgit atau naik 1,56%.

Ada beberapa sentimen positif yang membuat harga CPO ikut terangkat. Pertama adalah penguatan harga minyak mentah lebih dari 2,5% hari ini.

Harga minyak mentah yang sempat anjlok akhirnya menguat setelah tersiar kabar bahwa Arab dan Rusia yang terlibat perseteruan bakal sepakati pemangkasan produksi minyak di tengah pandemi corona saat pertemuan OPEC+ Kamis ini (9/4/2020).

Kabar ini juga membuat harga minyak nabati lain menguat. Harga minyak kedelai kontrak berjangka di bursa komoditas Dalian menguat 1,34%, sementara itu harga minyak sawit mentah kontrak di bursa Dalian juga menguat 1,45%.

Sentimen positif kedua datang dari kabar stok minyak sawit Malaysia untuk bulan Maret diperkirakan turun 1,9% dari bulan sebelumnya di 1,67 juta ton menjadi 1,65 juta ton.

Penurunan stok dipicu oleh kenaikan ekspor (+6% month on month/mom) walau output mengalami kenaikan (+2% mom). Data ini mengacu pada survei Reuters.

Namun pelemahan permintaan akibat corona tak bisa dihindari. Pasca-lockdown, orang India praktis berhenti makan di luar. Hal ini menyebabkan penurunan konsumsi minyak sawit yang digunakan oleh hotel, restoran, kantin dan katering serta roti, biskuit, mie, namkeen dan pembuat mithai.

Impor India minyak kelapa sawit (CPO) dan RBD palmolein mencapai 335 ribu ton (lt) pada bulan Maret, turun tajam 58,2 persen dibandingkan dengan 802 ribu ton untuk bulan yang sama di tahun 2019.

Patut dicatat bahwa penurunan konsumsi minyak nabati lain tidak setajam minyak sawit. Penurunan impor minyak biji bunga matahari jauh lebih sedikit (dari 298 ribu ton pada Maret 2019 menjadi 297 ribu ton pada Maret 2020) dan minyak kedelai (dari 293 ribu ton menjadi 292 ribu ton) dibanding minyak sawit.

“Bunga matahari, kedelai, mustard, kacang tanah, kelapa dan minyak wijen langsung digunakan di dapur rumah. Minyak kelapa sawit bukan minyak yang langsung digunakan konsumen dan hampir tidak memiliki merek besar.

Sementara RBD palmolein dijual melalui sistem distribusi publik di beberapa wilayah, 90 persen atau lebih dari itu dikonsumsi oleh hotel dan industri makanan. Karena sekarang sebagian besar ditutup atau beroperasi pada kapasitas yang rendah, konsumsi minyak sawit terpukul.

Di sisi lain, rumah tangga terus menggunakan minyak lain dan mereka juga makan lebih banyak di rumah, “kata BV Mehta, direktur eksekutif Asosiasi Pelarut Ekstraktor India.

Pelemahan konsumsi masih perlu diwaspadai mengingat India sebagai pembeli terbesar minyak nabati masih dalam kondisi lockdown. Masih belum jelas juga apakah lockdown akan diperpanjang atau tidak. Jika lockdown diperpanjang maka bukan kabar yang baik untuk minyak sawit tentunya.

TIM RISET CNBC INDONESIA