BADAN Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berkomitmen melibatkan petani kelapa sawit dalam program mandatori biodiesel.
Plt Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan Civil Society BPDPKS Sulthan Muhammad Yusa mengungkapkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri terus mengalami peningkatan setelah kebijakan penggunaan bahan bakar solar dengan bauran minyak kelapa sawit 30% atau B30 berjalan.
Tercatat, pada 2020, konsumsi sawit Tanah Air mencapai 17,35 juta ton atau tumbuh 3,6% dari 2019 yang hanya 16,75 juta ton.
Oleh karena itu, harus ada upaya peningkatan produktivitas sawit di sisi hulu demi memastikan ketersediaan bahan baku biodiesel selalu aman.
“Ke depan, BPDPKS akan mendorong petani sawit masuk ke rantai pasok biodiesel sawit,” ujar Yusa melalui keterangan resmi, Sabtu (12/6).
BPDPKS akan membantu petani sawit mengolah hasil produksi mereka sendiri dengan menggunakan teknologi Fatty Acid Methly Ester (FAME) dan biohidrokarbon.
“Pengembangan tersebut akan diimplementasikan dengan skala yang tidak besar, sesuai dengan kapasitas para petani,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal Serikat Petani kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto mengaku, selama ini, pihaknya memang belum pernah dilibatkan secara langsung dalam program mandatori biodiesel.
“Faktanya petani sawit swadaya tidak terhubung sama sekali dengan program mandatori biodiesel,” ucap Darto.
Ia mengatakan perusahaan-perusahaan besar yang menguasai hilirisasi kerap mengambil bahan baku dari mitra-mitra mereka yang juga merupakan korporasi pemilik kebun besar.
Bahkan ada perusahaan yang mengambil bahan baku dari Malaysia.
“Ini yang membuat kami sedih. Kenapa program ini justru melibatkan pihak asing, bukannya dengan petani sawit yang memang ada di Indonesia,” jelasnya.
Sedianya, ia berpandangan petani sawit memiliki kemampuan untuk masuk ke rantai pasok biodiesel karena mereka menguasai 40% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
“Dengan memasukkan petani sawit mandiri ke rantai pasok produksi biodiesel, itu akan membantu meningkatkan kesejahteraan dan memberantas kemiskinan. Itu juga akan mengurangi risiko deforestasi karena kita menggunaka kelapa sawit yang dihasilkan dari lahan petani sawit mandiri,” tandasnya. (OL-1)