Kelapa Sawit: Kami Hidup untuk Devisa Negara

WE Online, Jakarta – Meskipun pandemi Covid-19 telah dan masih menginfeksi Indonesia sejak Maret lalu, operasional perkebunan dan industri minyak sawit di Indonesia tetap berjalan normal.

Operasional tersebut dimaksudkan agar proses produksi tetap berjalan sehingga kebutuhan masyarakat Indonesia dan dunia terhadap minyak sawit tetap terpenuhi. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit serta kegiatan pokok dalam sistem produksi minyak sawit telah dilaksanakan sesuai dengan Protokol Pencegahan Covid-19.

Pasokan minyak sawit dalam negeri digunakan untuk memenuhi kebutuhan minyak makan sebagai salah satu bahan pangan pokok serta pemenuhan surfaktan sebagai bahan aktif pada sabun dan gliserin sebagai bahan pembuatan hand sanitizer yang saat ini banyak diperlukan dalam upaya pencegahan penularan virus Corona.

Kendati demikian, produksi minyak sawit (CPO dan PKO) pada Februari turun 5,4 persen dibandingkan produksi sawit bulan Januari lalu.

Data Gapki mencatat bahwa industri minyak sawit pada periode Januari–Februari 2020 menyumbang devisa sebesar US$3,5 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia pada awal 2020 surplus sebesar US$1,9 miliar.

Ketua Umum Gapki, Mukti Sardjono mengatakan, “Ini dihasilkan dari pendapatan ekspor non-migas sebanyak US$4 miliar dan pengeluaran devisa untuk impor migas sekitar US$2,1 miliar.”

Sementara itu, secara year-on-year telah terjadi penurunan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang cukup signifikan untuk Januari–Februari 2020 dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Ekspor ke China pada Januari-Februari 2020 mencapai 500 ribu ton lebih rendah, ke Afrika 250 ribu ton, dan ke India 188 ribu ton, lebih rendah dibandingkan ekspor Januari-Februari 2019 lalu.

Lebih lanjut Mukti mengatakan, “Penurunan ekspor ke China sangat mungkin disebabkan oleh outbreak Covid-19. Sementara penurunan di Afrika mungkin disebabkan oleh harga yang tinggi. Sedangkan penurunan di India diperkirakan karena adanya keraguan importir untuk membuat kontrak pembelian untuk pengiriman Februari karena adanya rencana penetapan kuota impor minyak olahan kelapa sawit oleh pemerintah India.”