VIVA – Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, memastikan bahwa ke depannya Indonesia akan menggarap potensi nilai tambah ekspor produk asli Indonesia, yang diperdagangkan di mancanegara
Hal itu dilakukan antara lain mengurangi ekspor barang atau bahan-bahan mentah (raw material) maupun barang setengah jadi, dan menggantinya dengan ekspor produk-produk yang dihasilkan dari industri berteknologi tinggi asli dalam negeri.
“Jadi saat ini kita sedang melakukan transformasi, supaya nantinya apa yang kita ekspor itu adalah produk-produk industri berteknologi tinggi dari dalam negeri,” kata Lutfi dalam telekonferensi, Rabu, 27 Januari 2021.
Meski demikian, Lutfi tak menyangkal bahwa selama ini ekspor dari Indonesia memang masih didominasi oleh komoditas batu bara dan kelapa sawit, sebagai komoditas utama yang berkontribusi pada angka ekspor tersebut.
Tercatat, di sepanjang tahun 2020 total nilai ekspor sawit telah mencapai US$20,7 miliar, dan ekspor batu bara senilai US$17,2 miliar. Keduanya menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi bagian dari ekspor non-migas Indonesia, yang di sepanjang 2020 angkanya mencapai US$154 miliar.
Tapi di sisi lain, setelah batu bara dan sawit, porsi ekspor ketiga terbesar dari Indonesia ditempati oleh besi dan baja, yang di sepanjang tahun 2020 lalu total nilai ekspornya mencapai hingga US$10 miliar.
“Bahkan di 2020 kemarin pertumbuhan ekspor besi baja mencapai 46 persen secara year-on-year. Itu tinggi sekali, hampir 50 persen,” ujar Lutfi.
Selanjutnya, kata Lutfi, ekspor komoditas mesin dan perlengkapan elektrik juga menempati porsi yang cukup baik di tahun 2020 lalu. Di mana, total nilai ekspor kedua komoditas tersebut seluruhnya mencapai US$9 miliar, atau naik 2,46 persen secara year-on-year.
Kemudian ada juga ekspor otomotif yang diakui Lutfi mengalami kenaikan, karena adanya investasi yang tinggi dari Jepang. Sementara untuk ekspor perhiasan, Lutfi pun mengakui bahwa unsur kreativitas produk perhiasan asal Indonesia memang telah memiliki pasarnya sendiri di mancanegara.
“Dari data-data inilah kita harus yakin bahwa ke depannya Indonesia akan lebih banyak mengekspor barang industri berteknologi tinggi dibandingkan barang mentah atau barang setengah jadi,” ujarnya.