Pangan Dunia Anjlok akibat Covid-19 dan Harga Minyak

Harga pangan dunia turun tajam sepanjang bulan Maret. Anjloknya permintaan karena pandemi Covid-19 dan terpukulnya harga minyak global akibat perang harga Arab Saudi dan Rusia menjadi penyebab utama.

 

ROMA, KAMIS — Badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Kamis (2/4/2020), menyatakan, harga pangan dunia turun tajam sepanjang bulan Maret tahun ini. Harga pangan ikut terpukul oleh anjloknya permintaan karena pandemi Covid-19 dan anjloknya harga minyak global akibat perang harga Arab Saudi dan Rusia.

Anjloknya harga pangan dunia tergambar dalam Indeks harga makanan FAO. Indeks itu mengukur perubahan bulanan untuk produk sereal, minyak sayur, produk susu, daging, dan gula. Angkanya pada bulan Maret ada di rata-rata 172,2 poin bulan lalu, turun sekitar 4,3 persen dibandingkan dengan posisi pada Februari.

”Penurunan harga sebagian besar didorong oleh faktor permintaan, bukan penawaran, dan faktor permintaan dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang semakin memburuk,” kata ekonom senior FAO, Abdolreza Abbassian.

Otoritas FAO juga memroyeksikan terjadi peningkatan tipis untuk produksi sereal. Produksi produk pertanian itu diperkirakan berjumlah 2,721 miliar ton pada 2019, naik dari perkiraan sebelumnya 2,719 miliar pada 2018. Dilihat dari sisi persentase, diperkirakan terjadi kenaikan 2,4 persen.

Sementara itu, indeks harga gula FAO mencatat penurunan terbesar, yakni turun 19,1 persen dari posisi pada bulan sebelumnya. Badan PBB yang berbasis di Roma, Italia, itu menyatakan, penurunan tersebut dipicu oleh turunnya konsumsi terkait dengan penutupan wilayah atau negara yang terlihat di banyak negara akibat pandemi Covid-19. Selain itu, terjadi permintaan yang lebih rendah dari produsen etanol, terutama dipengaruhi oleh penurunan harga minyak mentah baru-baru ini.

Indeks harga minyak nabati juga merosot dengan tingkat penurunan sekitar 12 persen. Kondisi itu didorong oleh penurunan harga minyak sawit yang dikaitkan dengan penurunan harga minyak mineral mentah dan meningkatnya ketidakpastian mengenai dampak wabah Covid-19 di pasar global.

Indeks harga minyak nabati juga merosot dengan tingkat penurunan sekitar 12 persen. Kondisi itu didorong oleh penurunan harga minyak sawit yang dikaitkan dengan penurunan harga minyak mineral mentah dan meningkatnya ketidakpastian mengenai dampak wabah Covid-19 di pasar global.

”Harga minyak turun lebih dari setengahnya selama bulan lalu, yang mengatalisasi dampak penurunan besar pada bahan bakar nabati, yang merupakan sumber penting permintaan di pasar gula dan minyak nabati,” kata analis FAO, Peter Thoenes.

Indeks harga susu global dilaporkan turun 3 persen. Otoritas FAO menyatakan, hal itu didorong oleh penurunan harga dan perlambatan permintaan impor global untuk susu skim dan susu bubuk. Pada periode yang sama, indeks harga daging turun 0,6 persen. Indeks harga sereal juga turun 1,9 persen.

Sementara itu, indeks harga beras tren penurunannya justru berhenti. Indeks harga beras secara global naik untuk bulan ketiga berjalan. Kondisi itu dinyatakan akibat dukungan oleh aktivitas penimbunan. Sekali lagi, kondisi demikian terutama didorong oleh kekhawatiran atas pandemi Covid-19 dan laporan bahwa Vietnam mungkin akan memberlakukan kebijakan larangan ekspor produk tersebut. Pihak FAO mengatakan, Vietnam diperkirakan terus mempertimbangkan hal itu.

Otoritas FAO menaikkan perkiraan untuk produksi sereal dunia 2019. Adapun perkiraan untuk produksi gandum 2020 tetap tidak berubah pada 763 juta ton, sebuah angka yang mendekati level rekor tahun lalu. ”Ditambah dengan inventaris yang cukup, hal itu akan membantu melindungi pasar makanan dari gejolak selama masa pandemi Covid-19,” demikin diprediksikan pihak FAO. (REUTERS)

 

Editor: Bonifasius Josie Susilo H