KOMPAS.com – Guatemala merupakan negara eksportir produk minyak sawit utama di Amerika Latin, dan negara mitra perdagangan terbesar kedua bagi Indonesia di wilayah Amerika Tengah.
Pada 2018, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Guatemala mencapai 50,29 juta Dolar AS. Nilai tersebut pun akan ditingkatkan lagi melalui berbagai mekanisme seperti Latin America and the Caribbean (INA-LAC) Business Forum serta Trade Expo.
Karena itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi mengajak Guatemala bekerja sama pada sektor kelapa sawit, terutama dalam melawan diskriminasi kelapa sawit.
“Saya mengundang Guatemala bergabung menjadi anggota Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC),” kata Retno, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Hal tersebut disampaikan Retno saat kunjungan Menteri Luar Negeri Guatemala Sandra Erica Jovel Polanco ke Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Kunjungan yang dilakukan pada 10 dan 11 Desember 2019 tersebut merupakan kunjungan tingkat Menteri Luar Negeri yang pertama kali dilakukan sejak dibukanya hubungan bilateral RI-Guatemala tahun 1992, atau 26 tahun yang lalu.
Pembukaan kedutaan Guatemala
Kunjungan Guatemala kali ini sekaligus untuk pembukaan kembali secara resmi Kedutaan Besar (Kedubes) Guatemala di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Dipilihnya Jakarta sebagai tempat berdirinya Kedubes Guatemala di kawasan Asia Tenggara merupakan bentuk pengakuan Jakarta sebagai ibu kota ASEAN.
Sebelumnya, Kedubes Guatemala di Jakarta ditutup pada 1993. Kemudian meski di masing-masing ibu kota negara tidak terdapat kedutaan, selama ini hubungan politik kedua negara berjalan baik.
“Saya menyambut baik dan menyampaikan selamat atas pembukaan kembali Kedutaan Besar Guatemala di Jakarta,” kata Retno.
Kedutaan tersebut merupakan kedutaan ke-6 yang dimiliki Guetalama di Asia, serta kedutaan negara asing ke-106 di Jakarta.
“Pembukaan kedutaan akan menjadi simbol kedekatan kedua negara meskipun dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh,” kata Sandra.
Pada kesempatan yang sama, kedua menteri luar negeri tersebut membahas upaya peningkatan hubungan dan kerja sama bilateral di bidang ekonomi, termasuk investasi dan perdagangan.
Indonesia juga mendorong upaya penyelesaian persetujuan bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas.
Seusai pertemuan, kedua menteri luar negeri menandatangani Memorandum Saling Pengertian mengenai Pembentukan Konsultasi Bilateral sebagai sarana meningkatkan kerja sama secara konkret.
Dalam kunjungannya ke Jakarta, Sandra juga berkunjung ke Sekretaris Jenderal Asean dan Direktur Eksekutif CPOPC.
Penulis Inadha Rahma Nidya | Editor Mikhael Gewati
Bisnis Indonesia
11 Desember 2019
Oleh: Ni Putu Eka Wiratmini & Iim Fathimah Timorria