Kinerja Tertinggal, Saham CPO Berharap Berkah Imlek

Dentimen Imlek yang biasanya memantik permintaan CPO dinilai tidak akan memberikan dampak besar bagi emiten. Namun, pasar CPO dapat berharap pada India yang tampaknya akan menimbuh stok CPO dalam jumlah banyak.

 

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja saham emiten produsen minyak sawit secara year to date atau tahun berjalan terpantau cukup tertinggal dibandingkan dengan emiten sektor lainnya. Menjelang perayaan Imlek, saham emiten sawit diharapkan bisa membawa keberuntungan.

Berdasarkan data Bloomberg, kelompok saham emiten perkebunan atau Jakagri terkoreksi 5,84 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Kinerja itu menjadi salah satu yang terlemah di Bursa Efek Indonesia ketika mayoritas indeks berhasil mencatatkan return positif.

Dari seluruh konstituen indeks Jakagri, hanya 4 saham berhasil menguat, sedangkan 16 saham terkoreksi, dan 5 saham stagnan. Emiten minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang memiliki kinerja terlemah dipimpin oleh PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) yang terkoreksi 20,83 persen secara year to date.

Disusul oleh saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (CSRA) yang terkoreksi 19,51 persen, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) minus 17,6 persen, dan saham PT Palma Serasih Tbk. (PSGO) minus 15,13 persen.

Namun, sejumlah saham emiten CPO berhasil mencetak kinerja cukup impresif seperti saham debutan tahun lalu PT Pinago Utama Tbk. (PNGO) yang naik 33,13 persen, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) menguat 8,36 persen, dan saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) naik 2,63 persen.

Padahal, harga CPO global berada dalam tren penguatan. Harga CPO kontrak teraktif di Bursa Malaysia sepanjang tahun berjalan 2021 mampu menguat 4,54 persen dan dalam 3 bulan terakhir naik hingga 34,35 persen.

Pada perdagangan Selasa (2/2/2021) hingga pukul 17.14 WIB harga CPO kontrak teraktif di bursa Malaysia di posisi 3.389 ringgit per ton, terkoreksi 99 poin.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy W. Gunawan memproyeksi pergerakan saham CPO pada pekan ini masih cenderung datar seiring dengan harga CPO global yang juga diperdagangkan dua arah karena ditekan dua katalis yang saling bertolak belakang.

Dia menjelaskan bahwa fenomena cuaca La Nina yang cenderung moderat pada tahun ini seharusnya menjadi katalis positif harga CPO global pekan ini. Hal itu mengingat dampak La Nina, yaitu curah hujan yang tinggi umumnya akan mengganggu produksi CPO.

Namun, berdasarkan survey dari Intertek Testing Services, ekspor CPO Malaysia untuk periode 1-25 Januari turun 36,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi 851.730 ton.

Padahal, periode itu umumnya mencerminkan puncak permintaan CPO menjelang Tahun Baru Imlek. Seperti yang diketahui, Sentimen Imlek kerap dijadikan harapan pasar untuk membawa harga CPO bergerak menguat.

China sebagai salah satu konsumen utama CPO akan melakukan pembelian dalam jumlah cukup besar menjelang perayaan Imlek.

“Oleh karena itu, secara keseluruhan, menurut kami harga CPO global akan diperdagangkan dua arah minggu ini, mengingat terdapat katalis dari dua sisi yang berlawanan,” tulis Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (2/2/2021).

Analis RHB Sekuritas Andre Benas mengatakan bahwa sentimen Imlek mungkin tidak akan begitu terasa lagi dampaknya dalam beberapa perdagangan ke depan. Namun, pasar CPO dapat berharap pada India yang tampaknya akan melakukan stocking CPO cukup banyak ke depan.

Adapun, koreksi saham CPO pada awal tahun ini terjadi seiring dengan pelemahan yang sempat terjadi terhadap harga CPO global setelah menyentuh level tertingginya.

Dia menilai saham CPO masih sangat atraktif seiring dengan harga CPO yang sudah mulai rebound dan melanjutkan tren penguatannya. Bertahannya harga CPO di level tinggi memberikan ekspektasi pasar bahwa kinerja keuangan emiten produsen CPO kembali panen laba seperti pada tahun lalu.

“Namun, kinerja saham CPO tampaknya masih akan tetap tertinggal karena market saat ini cenderung terkoreksi. Koreksi IHSG menambah tekanan negatif ke saham CPO belakangan ini,” ujar Andre kepada Bisnis, Selasa (2/2/2021).

Padahal, harga CPO saat ini dibayangi ekspektasi penurunan stok CPO Malaysia karena lockdown di Negeri Jiran itu mengganggu produksi. Cuaca buruk juga menguatkan potensi penurunan produksi karena masalah logistik seperti banjir.

Harga kedelai yang cukup kuat saat ini juga bisa mengerek harga CPO. Belum lagi, harga minyak mentah dunia yang cenderung stabil dapat mendorong harga untuk naik mengingat CPO sebagai substitusi bahan bakar fosil.

Di antara seluruh saham produsen CPO, Andre merekomendasi beli untuk saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dengan target price Rp1.680 dan saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan target price Rp14.680.

 

Editor : Rivki Maulana