PEKANBARU – Pemerintah melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) memutuskan menaikkan dana bantuan untuk petani untuk melakukan peremajaan (replanting) sawit yang sudah tua. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi para petani sawit tanah air.
Di mana, dana replanting yang sebelumnya diterima petani sebesar Rp25 juta per hektare, kini pemerintah penambah dana tersebut menjadi Rp30 juta atau bertambah Rp5 juta per hektarenya.
Penambahan dana replanting ini juga disambut baik oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo). Ketua DPW Apkasindo Riau, Santa Buana Kacaribu, mengatakan, penambahan dana replanting ini merupakan angin segar untuk para petani sawit.
“Sudah pasti sangat menguntungkan. Karena biaya Rp30 juta itu kan sudah pasti sangat membantu. Kalau yang Rp25 juta kemarin itu bisa sampai P0-P1, tambahan Rp5 juta ini sudah bisa untuk mengelola yang lain. Jadi dana Rp30juta itu sudah worthed lah menurut saya,” kata Santa kepada sawitplus.co, Jumat (19/6) sore.
Menurutnya, dana tersebut sudah sangat dapat membantu petani di masa replanting. Selain bisa digunakan untuk biaya operasional, juga bisa digunakan untuk membantu biaya hidup selama masa replanting.
“Saya rasa, kalau sudah ditambah jadi Rp30 juta per hektar, itu sudah cukup lumayan. Untuk di petani, sangat tertolong lah. Cuman memang tidak menjadi tolak ukur untuk bisa sampai berhasil, atau sampai (masa replanting) selesai,” katanya.
“Kalau kita pakai kontraktor, tentu kan tidak mungkin kerja gotong royong, pasti ada yang mengambil keuntungan di dalamnya, pasti ada selisihnya.Tapi dengan penambahan ini tidak begitu banyak lagi (selisihnya). Jadi tidak begitu banyak lagi beban petaninya,” tambah Santa.
Masih dikatakan Santa, saat ini Apkasindo Riau terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penggunaan dana replanting tersebut. Dia memastikan akan terus mendampingi para petani, khususnya yang ada di Riau.
“Nah, ini kita lagi sosialisasikan langsung. Kita lakukan terus. Ada beberapa yang sudah kita sosialisasikan, seperti di daerah Bengkalis. Jadi kita sosialisasikan, apa keuntungannya menggunakan dana BPDP ini, seperti apa penggunaannya. Kita lakukan pendampingan. Bagaimana supaya keberhasilan produksi petani semakin baik, dengan tentunya bibit yang baik,” ujar Santa.
Saat ini yang menjadi permasalahan di masyarakat adalah ketidaksiapan mereka menjelang masa replanting tersebut. Sehingga banyak petani yang khawatir kehilangan pendapatan saat masa replanting. Karena replanting membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dan pada masa, lahan perkebunan mereka memang tidak menghasilkan.
“Kita tetap akan sosialisasi terus. Petani ini terkadang sudah miskin dengan trust, kepercayaan. Nah itu lah peran kita di dalamnya untuk sosialisasi, agar mereka itu mau replanting. Jangan dipertahankan sampai umur 32 tahun. Permasalahannya, banyak petani berpikir, kalau ditumbang kita mau dapat apa lagi untuk makan. Makannya kita tetap sosialisasi. Karena ketakutan petani itu, kalau ditumbang seolah mereka tidak makan lagi karena tidak ada pemasukan. Makannya di pemerintah juga sekarang ini adalah istilah program tumpang sari. Dan kita juga mensosialisasikannya,” tutupnya. (Bayu)