Jakarta, CNBC Indonesia– Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman mengungkapkan kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi tantangan dalam penyediaan bio diesel.
“Yang menjadi persoalan, terkait harga cpo yang naik, mengakibatkan harga biodiesel dari waktu ke waktu cukup tinggi dibandingkan dengan Solar. Tugas BPDPKS adalah menutup gap dari harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar solar, sehingga solar yang dicampuur 30% biodiesel tadi harganya affordable,” ujarnya.
Pada Jumat lalu, harga kontrak CPO pengiriman Juli di Bursa Malaysia Derivatif Exchange lanjut menguat hingga menyentuh di atas RM 3.148/ton. Harga minyak nabati unggulan ekspor Malaysia dan Indonesia ini diperkirakan tetap tinggi hingga bulan Juni.
Eddy Abdurrachman menjelaskan BPDPKS salah satu tugasnya mendukung pengembangan energi dari bahan bakar nabati, dalam hal ini fame atau biodiesel.
“Tujuan dari BPDPKS awalnya 2015 dalam rangka stabilisasi harga dari CPO dan produk turunan karena ada fenomena pada 2012 itu terjadi suatu penurunan harga signifikan ke CPO turunan karena produksi kelapa sawit naik di sisi lain demand dari dalam negeri relatif stagnan,” jelasnya.
“Makanya pemerintah inisiasi penciptaan pasar domestik dalam rangka menyerap overstock produksi yang naik dengan program biodiesel. Perkembangan tahun ke tahun makin baik. Sejak Januari 2020 pemerintah mandatori biodiesel di bahan bakar solar sebesar 30% kita kenal dengan b30 apabila kita gunakan minyak solar dalam negeri ini berarti 30% adalah bahan bakar biodiesel.” jelasnya.
(dob/dob)