WE Online, Jakarta – Presiden Direktur Jetro Jakarta, Keishi Suzuki, bersama Kementerian Perdagangan telah melakukan pertemuan bisnis terkait ekspor–impor biomassa sawit. Pertemuan bisnis pertama dilakukan pada 13 dan 16 November 2020 lalu dan terjadi kontrak dagang oleh PT Prima Khatulistiwa Sinergi yang menerima permintaan dari Jepang.
Rencananya, pada bulan Mei mendatang, PT Prima Khatulistiwa Sinergi akan mengirimkan 10.000 ton cangkang sawit ke Jepang. Diperkirakan, permintaan cangkang sawit dari Jepang dapat bertambah menjadi 150.000 ton per tahun.
Guna mendukung perdagangan biomassa tersebut, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan business matching (penjajakan kesepakatan dagang) virtual dengan Japan External Trade Organization (JETRO) pada Rabu (7/4) untuk mendukung pengembangan energi alternatif berbasis sumber energi terbarukan. Business matching ini memfasilitasi pertemuan antara dua pelaku usaha supplier tenaga biomassa di Jepang dengan enam pengusaha cangkang sawit Indonesia.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kasan, mengungkapkan, biomassa dianggap sebagai sumber energi terbarukan yang menawarkan peluang potensial untuk berkontribusi pada pasokan energi global.
“Memacu ekspor biomassa ke Jepang merupakan salah satu cara Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada. Indonesia akan menjadikan cangkang sawit sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia, sedangkan di pasar dalam negeri hanya mampu menyerap sekitar 25—30 persen sisanya menjadi limbah,” kata Kasan seperti dikutip dari InfoSAWIT.
Sementara, Direktur Pengembangan Kerja Sama Ekspor, Marolop Nainggolan, mengungkapkan bahwa Pemerintah Jepang tengah membangun 90 pembangkit listrik tenaga biomassa di Jepang. Namun, masalah utama yang dihadapi adalah dibutuhkannya pasokan bahan bakar yang stabil dalam jangka waktu lama.
Produk turunan dari kayu seperti cangkang sawit (palm kernel shell), tangkai kelapa sawit (palm husk), dan kayu pelet (wood pellet) berpotensi sebagai bahan bakar yang baik dalam industri biomassa. Jepang menargetkan peningkatan energi terbarukannya sekitar 22—24 persen tahun 2030.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum