Jakarta, Beritasatu.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan, keberadaan industri sawit menempati posisi strategis bagi perekonomian nasional.
Selain mampu membangun ketahanan pangan dan kedaulatan energi, industri sawit juga terus didorong untuk mengembangkan hilirisasi agar dapat mendongkrak peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri.
“Perkebunan sawit nasional telah berkembang pesat, meluas baik ke hulu maupun hilir,” kata Kanya melalui keterangan tertulis yang diterima Beritasatu.com, di Jakarta, Senin (31/5/2021).
Kanya mengatakan, hingga saat ini perkebunan sawit dan pabrik sawit telah tersebar lebih dari 200 kabupaten di Indonesia. Produksi minyak sawit mentah (CPO), minyak sawit inti (PKO), dan biomass telah menjadi penopang perekonomian bagi daerah-daerah sentra industri sawit tersebut.
Sektor hilir sawit pun berkembang dengan produk olahan, baik produk setengah jadi maupun produk jadi, termasuk di dalamnya, industri oleo pangan, industri oleokimia, biolubrikan, biofarmasi, dan bioenergi (biodiesel, biopremium, bioavtur). Industri sawit juga mampu menghidupkan sektor jasa lainnya, salah satunya perdagangan.
“Hingga saat ini, produk turunan sawit sudah merambah ke bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan energi untuk bahan bakar hingga listrik,” katanya.
Menurut Kanya, selain dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, dalam pengembangan lebih lanjut juga dapat diolah menjadi bensin dan avtur. Saat ini, produk CPO Indonesia dan turunannya sebanyak 70% dari total produksi per tahun diekspor untuk kebutuhan global.
“Lebih dari 50% digunakan masyarakat internasional untuk kebutuhan pangan, sisanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan, obat-obatan, pembersih, dan lain sebagainya, bahkan juga untuk kebutuhan biofuel di negara lain. Dari total ekspor tersebut, sekitar 80% berupa produk turunan CPO,” jelas Kanya.
Sumber: BeritaSatu.com