Harga Sawit Tinggi, Pemerintah Dituntut Piawai

Harga Sawit Tinggi, Pemerintah Dituntut Piawai

Dalam mengakhiri 2019, pelaku usaha kelapa sawit kian tersenyum lebar lantaran harga yang melonjak begitu pesat.

Sepanjang tahun lalu, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sempat anjlok bahkan hingga di bawah US$500 per ton. Namun, di awal 2019, harga mulai merangkak naik dan kini menyentuh US$700 per ton.

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung memprediksi tren harga yang tinggi akan terus berlangsung di 2020. Pasalnya, pasar kini tengah dilanda kekhawatiran soal ketersediaan CPO di tingkat global.

“Market meyakini produksi minyak nabati di tahun depan akan terganggu lantaran kebakaran lahan yang menimpa sebagian kebun sawit,” ucap Tungkot dalam keterangan resminya.

Tidak hanya sawit, sumber minyak nabati lain, seperti bunga matahari, rapeseed oil, dan kedelai juga diyakini tidak akan berproduksi maksimal karena cuaca yang tidak bersahabat di hampir seluruh belahan bumi.

“Itu membuat pemain minyak nabati dunia mengejar CPO. Stok CPO sekarang masih besar dan mereka rela membeli dengan harga tinggi sebagai stok tahun depan,” ujarnya.

Namun, lanjut dia, pemerintah dan pelaku usaha di Tanah Air tidak boleh lantas terbawa euforia berkepanjangan. Keberlanjutan harga CPO yang tinggi tetap bergantung pada kepiawaian Indonesia dan Malaysia, sebagai produsen utama minyak sawit, mengelola pasokan ke pasar dunia.

Jika B-30 Indonesia dan B-20 Malaysia tidak benar-benar terlaksana dengan baik, situasi harga pasti akan berbeda. “Biasanya harga CPO yang tinggi akan membuat pelaku usaha tergoda untuk langsung mengekspor CPO secara mentah dan menunda hilirisasi. Jika hal itu terjadi, bisa-bisa harga kembali turun seperti tahun lalu,” jelasnya. (Pra/E-2)