Industri Kelapa Sawit: Darah Segar bagi Perekonomian Indonesia yang Alami Anemia

WE Online, Jakarta – Industri sawit kembali mengukuhkan dirinya sebagai penyelamat ekonomi Indonesia di tengah gempuran pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya secara akumulatif pada bulan Januari-Maret atau kuartal I-2020 telah mencapai US$5,3 miliar.

Nilai ekspor tersebut mengalami kenaikan mencapai 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Melansir catatan Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Tungkot Sipayung, dalam Palm Oil Indonesia, kontributor utama nilai ekspor tersebut adalah ekspor ke India yang mengalami peningkatan sekitar 58 persen dibandingkan tahun lalu.

Nilai ekspor sawit ke Uni Eropa dan Amerika Serikat juga masih mencatat pertumbuhan positif. Sementara itu, nilai ekspor sawit ke China mengalami penurunan sebesar 36 persen akibat sengatan Covid-19 sejak Desember 2019. Devisa ekspor yang dihasilkan oleh minyak sawit dan produk turunannya tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia pada kuartal I-2020 menikmati surplus senilai US$2,6 miliar.

Tungkot Sipayung mengatakan, “Seandainya tidak ada ekspor sawit, neraca perdagangan Indonesia pada periode tersebut akan mengalami defisit sebesar US$2,7 miliar. Untunglah ada ekspor sawit sehingga neraca perdagangan Indonesia tetap menikmati surplus. Sekali lagi, kontribusi devisa tersebut menunjukkan betapa pentingnya industri sawit sebagai penyelamat neraca perdagangan nasional meski di tengah masa sulit seperti pandemi Covid-19 saat ini.”

Devisa hasil ekspor sawit tersebut sangat diperlukan untuk menambah “darah segar” bagi perekonomian Indonesia yang menderita “anemia” akibat Covid-19. Dengan kurs rupiah sekitar Rp15 ribu, devisa sawit sebesar US$5,3 miliar tersebut setara dengan Rp80 triliun.

Devisa yang dihasilkan oleh minyak sawit dan produk turunannya tersebut sedikit lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia yakni sekitar Rp75 triliun. Hasil devisa sawit selama Januari- Maret 2020 tersebut secara ekonomi mampu membiayai program intervensi penanganan Covid-19 di Indonesia.

 

Penulis: Ellisa Agri Elfadina

Editor: Puri Mei Setyaningrum