Industri Sawit Buka Lapangan Kerja bagi 6,2 Juta Petani

INDUSTRI kelapa sawit dinilai berperan penting dalam hajat hidup banyak masyarakat, khususnya bagi petani. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan mengatakan, industri minyak sawit menyediakan kesempatan kerja pada jutaan tenaga kerja terutama yang ada di pedesaan.

“Setidaknya ada 6,2 juta petani kelapa sawit yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, itu merupakan tulang punggung ekonomi kita,” ungkapnya dalam webinar Industri Hilir Sawit Nasional dan Tantangan Keberlanjutan yang dilakukan secara daring, Rabu (4/8).

Keberadaan jutaan petani yang terlibat di perkebunan kelapa sawit, diyakini dapat menekan angka kemiskinan di Tanah Air. Di sektor hilir, sawit mampu menggerakkan industri makanan, oleochemical, hingga biofuel untuk sektor transportasi.

“Berbagai studi menunjukkan bahwa keberadaan industri sawit ini adalah mampu mengangkat jutaan penduduk dari kemiskinan,” imbuhnya.

Fadhil menambahkan, industri sawit menjadi salah satu sektor yang tetap bertahan dibanding sektor lain selama pandemi ini. Pada semester I 2021, produksi minyak sawit mencapai 24 juta ton dan nilai ekspor produk tersebut tembus US$20 miliar atau sekitar Rp286 triliun.

“Sekarang ini kita dihadapi pandemi covid-19, industri minyak sawit ini satu dari sedikit industri yang survive dalam perekonomian kita,” jelasnya.

Fadhil juga menyinggung, dalam dekade terakhir, industri sawit di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan. Ada dua faktor dalam transformasi tersebut, yakni faktor internal dan eskternal.

Faktor internal karena adanya komitmen yang kuat dari pemerintah yang menghasilkan berbagai regulasi guna memastikan pembangunan perkebunan sawit yang berkelanjutan atau sustainability.

“Faktor kedua adanya global market demand atau permintaan global dari pasar internasional agar industri sawit ini dalam sustainability pratices dapat menyangkut aspek sosial dan lingkungan berjalan,” sebutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sustainability Director of Apical Group Bremen Young mengemukakan, karena daya saing sawit jauh lebih tinggi dibanding minyak nabati, pihaknya menerapkan metodologi pendekatan keberlanjutan untuk memastikan transparansi dan keterlacakan sumber pasokan minyak sawit.

“Guna memastikan pasokan berasal dari perkebunan yang menjalankan prinsip keberlanjutan, misalnya lewat perlindungan area konservasi, perlindungan lahan gambut,” tuturnya.

Bremen mengklaim, pelaksanaan komitmen tersebut membuat produk Apical bisa diterima di pasar internasional dan memasok ke Eropa, Amerika, Asia, Australia, hingga Afrika.

Sementara, Bernard A. Riedo, RGE Indonesia Palm Business and Sustainability Director menyebut, komitmen keberlanjutan dalam operasional industri sawit merupakan hal yang wajib.

“Aspek keberlanjutan harus menjadi pertimbangan dan bisa transformasi positif dalam rantai pasok industri sawit RGE Indonesia. Komitmen kami dipercaya menjadi pemasok bahan baku seperti Unilever, Nestle, dan puluhan lainnya,” tandasnya. (OL-8)