Kampanye Sawit Bebas Trans Fat Perlu Dukungan Pemerintah

Kampanye Sawit Bebas Trans Fat Perlu Dukungan Pemerintah

JAKARTA, investor.id – Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi gizi minyak sawit sehingga minyak sawit mendapatkan tempat spesial. Salah satunya terkait kampanye tiga keunggulan sawit yaitu komoditas sawit bersifat versatile (produk serba guna), bebas trans fat, dan kaya fitonutrien (Vitamin A dan E).

Potensi besar kelapa sawit tersebut perlu dimaksimalkan untuk mengisi kebutuhan gizi di Indonesia dan dunia.

Guru Besar IPB University, Purwiyatno Hariyadi mengatakan kelapa sawit juga telah memberikan kontribusi tinggi bagi pemenuhan gizi di Indonesia dan dunia, sampai sekarang sekitar 75%-85% penggunaan minyak sawit ditujukan kepada sektor pangan.

Di sinilah peranan sawit untuk menjadi sumber makanan untuk mencegah kelaparan sebagaimana tertuang dalam prinsip Sustainable Development Goals (SDG’s), keunggulan minyak sawit punya keseimbangan saturated fats dan unsaturated fats tetapi keunggulan ini belum dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat sehingga bermunculan isu negatif sawit dari aspek kesehatan dan ke depannya dibutuhkan riset kuat untuk menjawab isu tersebut.

Ia menjelaskan bahwa minyak sawit mempunyai peluang untuk menjawab kebutuhan bebas trans fat (asam lemak), WHO menetapkan larangan trans fat pada 2023 mendatang dan merupakan peluang bagi minyak sawit untuk mengisi kebutuhan tersebut. “Karena secara natural, minyak sawit trans fat free ,untuk mencapai ini WHO melakukan berbagai upaya lewat promosi dan menciptakan legislasi untuk menghindari lagi konsumsi trans fat,” ujar dia kepada Investor Daily, di Jakarta, Rabu (24/2).

Kemampuan minyak sawit untuk dijadikan produk serba guna (versatile), bebas trans fat dan kaya fitonutrien belum menjadi perhatian pemerintah untuk didukung melalui program dan kebijakan, sebagai contoh para peneliti di Spanyol telah membuat konsesus bahwa tidak ada bukti yang kuat antara konsumsi sawit dengan risiko kanker tinggi. pemerintah seharusnya juga membuat konsesus seperti yang sudah dilakukan Spanyol sehingga ada bukti kuat bahwa sawit itu trans fat free.

Potensi sawit sangat tinggi peluangnya untuk menyelesaikan masalah SDG’s Indonesia, syaratnya menjamin keamanan pangan dan ada program nasional bahwa minyak sawit di Indonesia mempunyai 3-MCPD dan GE rendah lalu perlu mendorong riset dengan dukungan konsesus pakar untuk menyusun status sawit sebagai kandungan makanan dan kesehatan, tujuannya menjadi referensi baik di dalam dan luar negeri.

Pemerintah Indonesia belum mempunyai peta jalan (road map) untuk mengisi peluang tersebut padahal ada peluang keunggulan fitonutrien dalam minyak sawit, belum ada rencana pengembangan ke arah tersebut, lalu vitamin A di dalam sawit tidak dioptimalkan maksimal.

Guru Besar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Posman Sibuea mengatakan pemerintah Indonesia harus menjaga kelapa sawit dari kampanye hitam karena bisa menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsumsinya. Peredaran produk makanan berlabel No Palm Oil akan merugikan pelaku industri termasuk juga petani.

Ancaman label Palm Oil Free sudah muncul sejak 2017, sebagai contoh Pod Chocolate yang mencantumkan label No Palm Oil di kemasan salah satu produknya dan dimiliki oleh ekspatriat yang membuka bisnisnya di Bali.

Pencantuman label No Palm Oil jelas melanggar regulasi pemerintah seperti Undang Undang Pangan dan Peraturan BPOM, seharusnya pemerintah melalui BPOM dapat menindak tegas perusahaan yang mencantumkan label No Palm Oil.

Sawit ini merupakan minyak masa depan sebagai golden corp, produktivitasnya sangat tinggi dibandingkan minyak nabati lain, produktivitas minyak sawit tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada minyak kedelai dan bunga matahari. Kampanye negatif terhadap sawit juga kian gencar karena harganya murah dan tidak sebagus dengan minyak nabati lainnya akhirnya muncul isu penyebab penyakit jantung dan kegemukan.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dhian Dipo mengatakan pihaknya mencatat stunting sebanyak 144 juta anak, 47 juta anak kurang gizi dan 38 juta anak kelebihan gizi, Indonesia saat ini mengalami masalah kekurangan zat gizi mikro pada anak terutama kekurangan vitamin A, pemerintah mempunyai strategi penurunan stunting salah satunya melalui program fortifikasi pangan untuk beberapa produk seperti garam, tepung terigu dan minyak goreng.

Guru Besar Universitas Gadjah Mada Sri Raharjo mengatakan bahwa kandungan fitonutrien di dalam minyak sawit merah seperti tokoferol, tocotrienol dan karoten sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh selama pandemi.

Research and Development Product Appication Manager Apical Group, Fajar Marhaendra mengatakan Apical berkomitmen menghasilkan produk pangan yang low trans dan zero trans, saat ini juga dikembangkan teknologi inter-esterifikasi enzimatis dengan tujuan menghasilkan produk lebih sehat, tanpa asam lemak dan ramah lingkungan, produk Apical di masyarakat banyak dijumpai antara lain minyak goreng, margarin dan minyak samin.

Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily

https://investor.id/business/kampanye-sawit-bebas-trans-fat-perlu-dukungan-pemerintah