WHO Publikasikan Minyak Sawit Tidak Sehat, Kemenlu RI Kirim Surat Protes

WHO Publikasikan Minyak Sawit Tidak Sehat, Kemenlu RI Kirim Surat Protes

JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kementerian Luar Negeri RI memprotes materi kampanye online  yang diterbitkan oleh kantor regional WHO di Mediterania Timur dan di Eropa, masing-masing berjudul “Nutrition Advice for Adults during Covid-19” and “Food and Nutrition Tips During Self Quarantine”. Secara resmi, surat keberatan tersebut dikirimkan kepada  kepada Kantor Perwakilan WHO di Jakarta.

Ketika dihubungi redaksi sawitindonesia.com, Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI mengatakan surat Kemenlu RI kepada perwakilan WHO Indonesia telah dikirimkan minggu lalu. “Minggu lalu, surat sudah dikirimkan ke WHO,” ujar Mahendra melalui WhatsApp.

Mahendra menjelaskan bahwa Indonesia menyerukan kepada WHO untuk membuat perubahan pada isi publikasi, menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB, menciptakan perspektif yang lebih seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat, khususnya minyak sawit, serta menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.

Kedua artikel tersebut memuat informasi kesehatan dan tips mengonsumsi makanan selama pandemi Covid-19. Sebagai contoh dalam artikel berjudul “Nutrition Advice for Adults during Covid-19”  dicantumkan consume unsaturated fats (e.g. found in fish, avocado, nuts, olive oil, soy, canola, sunflower and corn oils) rather than saturated fats (e.g. found in fatty meat, butter, palm and coconut oils, cream, cheese, ghee and lard).

Sementara itu artikel berjudul “Food and Nutrition Tips During Self Quarantine” yang diterbitkan WHO regional Eropa. Ada himbauan yang tertulis reduce foods such as red and fatty meats, butter and full-fat dairy products, palm oil, coconut oil, solid shortening and lard.

Redaksi mendapatkan surat resmi Kemenlu RI kepada perwakilan WHO di Jakarta  yang dikirimkan pada 27 April 2020. Dalam surat ini, terdapat 7 point yang mengoreksi artikel WHO.  Pertama, menghargai inisiatif WHO yang baik dalam memberikan saran nutrisi bagi masyarakat, Indonesia sangat prihatin dengan konten materi yang tidak berimbang dan bahkan mengesampingkan konsumsi minyak kelapa sawit sebagai produk yang layak dikonsumsi selama pandemi.

Kedua, asumsi bahwa konsumsi minyak sawit berdampak buruk terhadap kesehatan merupakan mispersepsi yang masih dipertentangkan, mengingat terdapat berbagai penelitian lain yang menunjukkan manfaat nutrisi minyak sawit, termasuk untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Antara lain, berbagai penelitian telah menemukan bahwa kelapa sawit [Cazzola (2017), Mukjerjee and Mitra (2009), Slover (1971) and Gunstone (1986)]:

– mengandung fitosterol, yakni senyawa yang secara alamiah membantu menurunkan kolesterol; meningkatkan fungsi otak, mengurangi resiko pembentukan gumpalan darah di arteri, dan menurunkan tekanan darah

– mengandung vitamin A dan E, terutama tocopherol dan tocotrienol (antioksidan) yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh

– memiliki kandungan Vitamin E lebih banyak dibandingkan minyak nabati lainnya

Ketiga, kami dapat mengingatkan pula bahwa dalam salah satu jurnal di buletin WHO (2019) berjudul “The palm oil industry and noncommunicable diseases”, WHO menekankan perlunya penelitian yang independen dan komprehensif mengenai dampak kelapa sawit terhadap kesehatan mengingat adanya beragam penelitian yang tidak konklusif (saling berlawanan) tentang kelapa sawit.1

Keempat,  Karenanya, konten semacam itu semakin memperburuk citra stereotip dan mispersepsi mengenai minyak kelapa sawit, dengan mengabaikan berbagai penelitian yang justru membuktikan manfaat baik kelapa sawit untuk kesehatan.

Kelima, Kami mencatat bahwa informasi tersebut diambil dari saran yang bersifat umum (general advice) WHO mengenai prinsip-prinsip diet sehat. Namun demikian, mengkaitkan secara langsung saran yang bersifat umum tersebut dengan konteks pandemi yang bersifat spesifik, berpotensi menjadi informasi yang menyesatkan (misleading information), karena seolah-olah menyampaikan bahwa mengkonsumsi “saturated fats” menjadi penyebab langsung peningkatan resiko terkena penyakit menular, khususnya Covid-19. Informasi yang menyesatkan ini antara lain tercermin pada bahasa yang digunakan (“don’t eat”) pada materi yang berformat diagram infografis (terlampir).

Keenam, penggambaran negatif dan dorongan untuk tidak membeli minyak kelapa sawit dalam diagram tersebut juga akan mengancam kesejahteraan jutaan petani kecil di berbagai negara, yang pada saat yang sama telah merasakan berbagai dampak ekonomi dan sosial dari pandemi.

Ketujuh, Indonesia menyerukan kepada WHO untuk membuat perubahan pada isi publikasi, menerapkan prinsip imparsialitas sebagaimana layaknya Badan PBB, menciptakan perspektif yang lebih seimbang tentang asupan minyak nabati dalam diet sehat, khususnya minyak sawit, serta menerapkan prinsip kehati-hatian ketika menerapkan saran yang bersifat umum ke dalam konteks yang bersifat khusus.