Penurunan harga gas industri dapat meningkatkan utilitas pabrikan dan menggenjot performa ekspor oleokimia nasional.
Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai dalam mendorong industri oleokimia membutuhkan skema penurunan harga gas industri seperti yang telah dijanjikan pemerintah menjadi US$6 mmbtu.
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan pada industri hilir sawit ini komponen harga energi menjadi yang utama. Jika realisasi harga gas industri sebesar satu digit itu terjadi, maka pertumbuhan dipastikan akan lebih baik dari tahun lalu.
“Di KEK Seimangke itu gas dari hulu di Arun harganya sudah US$5 mmbtu, jadi di hilirnya masih sekitar US$12 mmbtu. Mungkin untuk harga rerata nasional di single digit bisa tetapi kepastian untuk mendekati [US$6 mmbtu] sulit. Pemerintah jpun uga belum memberikan kepastian instrumen untuk mendukung harga gas itu,” katanya, Jumat (21/2/2020).
Andry mengatakan untuk alternatif impor gas, justru akan berbahaya. Pasalnya, kebutuhan gas belum diketahui secara pasti. Belum lagi rencana penambahan tambang gas pada 2021 atau 2022 yang akan menambah pasokan di Tanah Air.
Di sisi lain, dalam mendorong industri oleokimia tahun ini, ketersediaan sawit dalam negeri untuk produksi atau yang tidak diekspor secara mentah juga harus diperhatikan.
Editor : Yustinus Andri DP