Alami Surplus Januari-April 2020, Ekspor Industri Pengolahan Naik 7%

Jakarta, Beritasatu.com – Kinerja ekspor dari industri pengolahan masih mencatatkan nilai positif meskipun di tengah tekanan pandemi Covid-19. Sepanjang Januari-April 2020, pengapalan produk industri pengolahan mampu menembus hingga US$ 42,75 miliar atau naik sebesar 7,14% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

“Neraca perdagangan untuk industri pengolahan pada periode Januari-April 2020 adalah surplus sebesar US$ 777,34 juta,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian (Kemperin), Janu Suryanto di Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Janu menyebutkan, nilai ekspor industri pengolahan pada bulan April 2020 tercatat mencapai US$ 9,76 miliar. Apabila dilihat dari volumenya, ekspor produk industri pengolahan pada bulan keempat tahun ini sebesar 8,49 juta ton atau naik sebesar 2,66% dibanding Maret 2020.

Ada pun sektor industri makanan menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri pengolahan pada bulan April 2020, dengan menyentuh nilai US$ 2,35 miliar. “Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada bulan April 2020 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar US$ 1,30 miliar atau memberi kontribusi sebesar 55,28%,” jelas Janu.

Sumbangsih lainnya, diikuti oleh sektor industri logam dasar sebesar US$ 2 miliar, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$ 1,06 miliar, serta industri kertas dan barang dari kertas US$ 564 juta.

Berikutnya, nilai ekspor industri karet, barang dari karet, dan plastik menembus US$ 501 juta, kemudian industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki US$ 463 juta, industri komputer, barang elektronik, dan optik US$ 417 juta, serta industri pakaian jadi US$ 397 juta.

“Pada bulan April 2020, Tiongkok masih menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan dari Indonesia, diikuti oleh Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, dan Korea Selatan,” ungkap Janu.

Apabila dilihat dari pertumbuhan secara tahunan (y-o-y), ekspor ke Singapura naik hingga 25,09%, Tiongkok menanjak sebesar 16,25%, dan Korea Selatan melonjak sekitar 5,59%.

Sementara itu, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemperin, Elis Masitoh, menyatakan, pelonggaran kebijakan lockdown di sejumlah negara tujuan ekspor akan menjadi momentum untuk menggenjot pengapalan alat pelindung diri (APD) dari Indonesia. “Ke depannya, kita akan bisa menjadi produsen APD atau masker kain untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia,” ujarnya.

Kemperin mendata, saat ini industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional memiliki kapasitas produksi APD hingga 54 juta unit per bulan. Adapun, kebutuhan di dalam negeri hanya sekitar 10 juta unit per bulan.

Elis menjabarkan, kebutuhan APD untuk petugas kesehatan mencapai 5,5 juta unit per bulan. Adapun, Kemenperin telah menyiapkan penyangga atau kebutuhan cadangan sekitar 5 juta—8 juta unit hingga akhir tahun ini.  “Saat ini, produksi APD nasional kondisinya surplus hingga 40 juta unit APD per bulan,” ungkapnya.

Artinya, produksi APD bisa menjadi titik cerah bagi industri TPT untuk meningkatkan kinerjanya melalui capaian ekspor pada masa pandemi saat ini.

Elis menyebutkan, beberapa negara tujuan ekspor yang bersedia menyerap APD dari Indonesia, antara lain Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Menurutnya, industri yang akan mengekspor APD tersebut adalah pabrikan skala besar hingga sektor industri kecil menengah (IKM).

 

Sumber: BeritaSatu.com