JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pelaku industri minyak goreng merasakan dampak pandemic Covid-19 atau Corona terhadap konsumsi masyarakat. Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menjelaskan bahwa konsumsi minyak goreng masih normal sepanjang periode Januari-Maret 2020 karena aktivitas perekonomian dan daya beli masih berjalan normal. Tetapi, situasi berubah memasuki April ini. Konsumsi minyak goreng mulai melambat karena tertahannya daya beli masyarakat dan pembatasan aktivitas ekonomi.
Di awal tahun, GIMNI menghitung penjualan minyak goreng curah dan kemasan sekitar 4,4 juta ton sepanjang 2020. Namun, wabah pandemi Covid-19 mengakibatkan proyeksi berubah. Hingga akhir tahun diperkirakan, penjualan rerata 3,5 juta-3,6 juta ton. Pada 2019, volume penjualan produk minyak nabati seperti minyak goreng, margarin, shortening, dan lainnya mencapai 7,42 juta ton.
“Dari Januari Sampai Maret, konsumsi minyak goreng sekitar 290 ribu ton per bulan. Setelah wabah Corona ini, produsen melaporkan lesunya penjualan. April ini, penjualan minyak goreng diperkirakan turun menjadi 220 ribu ton per bulan,” kata Sahat.
Memasuki Ramadhan dan Lebaran, dikatakan Sahat, permintaan minyak goreng tidak akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat mengurangi daya beli karena aktivitasnya dibatasi melalui berbagai kebijakan. Apalagi, bisnis industri hotel dan restoran sangat terpukul akibat wabah ini.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) telah menghitung kerugian bisnis hotel dan restoran diperkirakan sekitar Rp 21 triliun akibat penghentian operasional.