Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi defisit sebesar US$0,35 miliar pada neraca dagang Indonesia di April 2020. Defisit terjadi lantaran hampir semua komoditas mengalami penurunan tajam dengan nilai ekspor tercatat US$12,19 miliar, sedangkan nilai impor US$12,54 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan pertumbuhan ekspor yang nilainya mencapai US$12,19 miliar mengalami kontraksi, baik secara bulanan (mtm) yang tumbuh -13,33% maupun secara tahunan (yoy) yang tumbuh -7,02%.
“Selama bulan Maret dan April ini terjadi penurunan harga komoditas yang cukup signifikan. Misalnya harga minyak mentah Indonesia (ICP) turun tajam menjadi US$20,66 per barel atau turun 39,6%,” ujar Suhariyanto saat menyampaikan rilis secara virtual, kemarin.
Bahkan, hampir semua komoditas mengalami penurunan yang tajam selama April 2020. Misal, harga minyak sawit secara mtm turun 4,1%, juga batu bara turun 12,14%. Pun demikian dengan nilai impor yang mencapai US$12,54 miliar, terjadi kontraksi baik mtm yang tumbuh -6,10% maupun yoy yang tumbuh -18,58%.
“Penurunan curam terjadi pada impor migas 46,83%, sementara impor nonmigas turun 0,53% secara mtm. Adapun secara yoy impor migas turun tajam 61,78% dan impor nonmigas turun 11,24%,” terangnya.
Meski begitu, Suhariyanto menuturkan posisi defisit pada April 2020 masih lebih baik ketimbang April 2019.
“Kalau kita lihat posisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan posisi April 2019 karena pada April 2019 defisit neraca dagang kita US$2,3 miliar,” terangnya.
Suhariyanto menambahkan, selama Januari hingga April 2020 neraca dagang Indonesia surplus US$2,25 miliar. Hal itu terjadi karena pada rentang Januari hingga April 2020 nilai total ekspor mencapai US$53,95 miliar.
Adapun nilai impor total selama Januari hingga April 2020 hanya mencapai US$51,71 miliar. “Jadi kalau kita lihat, di tengah covid-19 ini kita masih surplus dalam rentang Januari hingga April 2020 sebesar US$2,25 miliar,” pungkasnya.
Pengumuman defisit neraca perdagangan RI sebesar US$350 juta tersebut berimbas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditutup melemah pada akhir pekan. (Mir/Ant/E-3)