KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Pertamina masih melakukan kajian guna mendukung program green diesel (D-100) yang nantinya 100% bahan bakar kendaraan menggunakan sawit.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menerangkan, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) sawit diperlukan guna memastikan ketersediaan pasokan dengan harga yang disepakati serta terjangkau agar masuk hitungan keekonomian.
Ia pun memastikan hal tersebut telah dikomunikasikan dengan kementerian terkait. Kendati demikian ia belum mau merinci detail DMO sawit yang diharapkan Pertamina.
“Masih dalam tahapan kajian internal, masih harus duduk bersama dan bicarakan dengan stakeholder terkait,” ungkap Fajriyah kepada Kontan.co.id, Senin (3/8).
Fajriyah menambahkan, kebutuhan DMO memang diperlukan terlebih Pertamina juga telah melaksanakan ujicoba serta membuktikan pelaksanaan program D-100 dapat dijalankan.
Selain dukungan kebijakan DMO sawit, Fajriyah menilai butuh dukungan dari regulator serta industri otomotif dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan program D-100.
Dalam catatan Kontan.co.id, Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina mengungkapkan, untuk menyukseskan program bahan bakar 100% sawit atau D100 agar terus berkelanjutan maka diperlukan kepastian pasokan sawit sebagai bahan baku energi. “Harus ada DMO dan harga khusus (price cap) sawit,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/7).
Nicke memastikan bahwa Pertamina saat ini sudah siap untuk melakukan produksi BBS sehingga ketersediaan pasokan menjadi penting. “Kalau kami tugasnya secara teknis dan kapasitas produksi sudah siap denhgan kilang-kilang kami yang dimodifikasi,” imbuh dia.