Harga CPO terus turun, begini prediksi analis

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas minyak sawit (CPO) terus turun di Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX). Untuk kontrak September 2021 secara month to date sudah melorot 27,24% ke level Rp 9.725 per kg di hari Jumat (18/6), dari Rp 13.365 per kg per 31 Mei 2021.

Sedangkan untuk harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia, turun sebanyak 13,47% secara month to date ke level MYR 3.391 per ton di hari Senin (21/6).

Analis crude oil commodity specialist dari ICDX Yoga Tirta mengatakan, saat ini harga CPO dipengaruhi banyak sentimen, misalnya saja lockdown yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia.

Hal tersebut menurutnya menyebabkan penumpukan stok CPO di Malaysia, dan pada saat yang bersamaan, terjadi juga penurunan permintaan dari importir utama CPO India.

“Selain itu penurunan dari harga minyak nabati selaku substitusi CPO, juga turut membebani harga CPO,” katanya.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, saat ini isu tapering juga membuat komoditas berguguran, salah satunya CPO. Ia juga menilai wajar penurunan harga di ICDX dan bursa derivatif berbeda, karena ICDX mengatrol dari Bursa Derivatif Malaysia, hanya saja dari mata uang berbeda.

“Kalau di Indonesia ICDX menggunakan rupiah dengan kilogram, kalo di Bursa Derivatif Malaysia menggunakan ton dan mata uang ringgit Malaysia, sehingga wajar kalo seandainya banyak pelaku pasar melakukan taking profit, sehingga harga komoditas CPO mengalami penurunan,” kata Ibrahim.

Ibrahim memprediksi penurunan harga CPO tidak akan lama. Ia menilai di minggu-minggu ini, harga sudah kembali naik, walaupun kenaikan tidak akan drastis seperti sebelum-sebelumnya, karena pelaku pasar masih akan mengamati testimoni-testimoni dari bank sentral negara bagian yang dalam minggu ini masih akan memberikan testimoni.

Sedangkan Yoga menilai prospek ke depannya, permintaan dari India berpotensi pulih, seiring dengan pelonggaran pembatasan di sana, sehingga diharapkan dapat membantu mengangkat kembali harga CPO, ke kisaran US$ 900 – US$ 950 per ton.

Yoga menambahkan untuk transaksinya saat ini masih belum aktif, telah di non aktifkan sejak Juli 2020 lalu, sehingga untuk harga sendiri diambil dari harga referensi transaksi yang terjadi di pasar spot.