India & Malaysia Lockdown, Harga CPO Naik tapi Gak Banyak

India & Malaysia Lockdown, Harga CPO Naik tapi Gak Banyak
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hari ini naik tipis. Faktor pemicu kenaikan harga CPO adalah pembatasan aktivitas perkebunan kelapa sawit di Malaysia menyusul lockdown atau penguncian alias isolasi yang ditetapkan pemerintah guna melawan wabah COVID-19.

Pada perdagangan Jumat (27/3/2020), pukul 14.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2020 naik 0,21% ke level RM 2.362/ton.

Kenaikan harga dipicu oleh kekhawatiran akan berkurangnya pasokan minyak nabati menyusul keputusan pemerintah Malaysia untuk memperpanjang lockdown hingga 14 April nanti.

Malaysia merupakan negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah kasus infeksi COVID-19 di Malaysia terus bertambah. Data terbaru Johns Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus di Negeri Jiran per hari ini mencapai angka 2.031 dengan 24 kematian dilaporkan.

Namun kenaikan harga CPO tak bisa banyak karena bukan dari sisi pasokan saja yang dirusak oleh wabah, dari sisi permintaan pun disrupsi terjadi. Baru-baru ini India memberlakukan total lockdown untuk tiga minggu ke depan.

Walaupun jumlah kasus di India masih tergolong sedikit tetapi dengan kepadatan penduduk yang tinggi, potensi penyebaran wabah ini menjadi sangat tinggi. Hal ini tentu menjadi ancaman besar bagi permintaan minyak nabati mengingat India yang notabene dihuni oleh lebih dari 1,3 miliar penduduk merupakan pembeli terbesar minyak sawit.

Ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 Maret diperkirakan turun antara 11,7% hingga 13,6% karena lemahnya permintaan di tengah wabah virus, jika mengacu data surveyor kargo.

Senasib dengan Malaysia, Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia juga mengalami penurunan ekspor. Mengacu pada data Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Indonesia mengekspor 2,39 juta ton minyak sawit pada Januari, termasuk produk-produk olahan (refined).

Volume ekspor tersebut turun dari 3,25 juta ton pada bulan yang sama tahun lalu dan 3,72 juta ton pada bulan Desember. Penurunan ekspor Januari disebabkan oleh tingginya stok di negara-negara pengimpor utama.

“Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penyebaran wabah COVID-19 dan anjloknya harga minyak mentah global terlihat berdampak pada permintaan minyak nabati,” kata GAPKI dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters.

“Pasar telah memperhitungkan defisit pasokan dan juga disrupsi permintaan dari tujuan-tujuan utama,” kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian Sunvin Group, broker minyak nabati yang berbasis di Mumbai.

“Pemerintah India mengambil semua langkah untuk tetap menormalkan operasi pelabuhan dan transportasi untuk barang-barang makanan. Namun tetap saja, dari sisi pasokan akan terpengaruh dan itu dapat mengakibatkan disrupsipermintaan minyak nabati,” kata Bagani, seperti diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/tas)